Desember 28, 2012

"Tiga Persiapan Penting Mencapai Cita-cita Dakwah" | Taujih Ust Cholid Mahmud

Jumat, 28 Desember 2012






Ir. H. Cholid Mahmud
Ketua Umum Jama'ah Shalahuddin UGM (1989-1990)
Anggota DPD RI dari DI Yogyakarta (2009-2014)



Taujih ustadz Cholid Mahmud ini kami kutip dari kultwit Ridwan Oktovan @tovan_hnd

  1. Saya share taujih ust Cholid Mahmud kpd ADK bbrpa waktu yg lalu. Smg manfaat Hastag kultwitny #TaujihUCM.

  2. Qta sbg kader dakwah punya narasi dan cita2 besar terkait ke-ummat-an. Bagian dari perintah Allah swt.

  3. Dalam rangka mencapai narasi besar maka dibutuhkan i'dad atau persiapan.

  4. I'dad pertama adalah Kredibilitas Personal, ini terangkum dlm 10 muwashofat. Tweeps fillah masih ingatkan 10 muwashofat?

  5. ADK seharusny memanfaatkn sebaik2nya waktu di kampus utk memenuhi 10 muwashofat ini, shg jadilah ia kader dakwah yg punya krediblitas personal. 

  6. I'dad kedua adlh Kapasitas Berorganisasi, hal ini dimatangkan ketika kuliah (di kampus). Belajarlah berorganisasi yg baik.

  7. Kapasitas berorganisasi dlm dakwah qta prinsip & ruhny ada dlm arkanul baiat Imam Hasan Al-Banna. Dari al-fahmu sampai tsiqoh.

  8. Belajarlah memimpin, belajarlah melayani publik, belajarlah mengorganisir, belajarlah mengelola urusan2 org lain selama mjd Aktivis di Kampus.

  9. Persiapan ketiga adalah Kredibilitas Profesional, point ke 3 ini merupakan tantangan pasca kampus.

  10. Kompetensi ilmu perkuliahan yg didapatkan saat kuliah kan mnjadi penunjang kredibiltas profesional.

  11. Munculny kredibilits profesi adalah sebuah jawaban dari problem ummat. Jika sudah kredibel, maka amanah2 ummat itu kan dipercayakan kpd kader dakwh.

  12. Nah, 3 point ini belumlah dimiliki para pengurus negara qta tercinta. Contohnya bbrpa menteri blum lah sesuai dg kompetensi ilmunya.

  13. Blum lagi jika qta liat kredibilitas personal sebagian org2 publik yg masih jauh dari baik.

  14. Lalu, dimana qta bisa ambil contoh? Seksamai bgmn pemimpin negara mesir saat ini. Mohammad Mursi.

  15. Pada awalnya parpol pengusungnya bukanlah mengusulkan Mursi sbg capres, namun krn calon awalnya ada "masalah" dgn status hukumnya..

  16. ..maka saat injury time dimintalah Mursi menjadi capres, nah, bliau gak ada masalah krn 3 i'dad tadi sudah dilakukannya dgn baik.

  17. Mursi adalah kader dakwah yg mulai dari masa mudanya menempa diri dgn 3 persiapan tadi. Wajib qta contoh.

  18. Persiapan ini tidak hanya terkait dgn jabatan publik, tapi lebih pada PERAN PUBLIK yg dilakukan kader dakwah. Jabatan publik hanya bagian kecil dari peran publik yg ada.

  19. Kader dakwah adalah arus utama menyelesaikan problem ummat. Jadilah yg terbaik dlm peran2 publik/ keummatn.

  20. Demikian tuips yg bisa sy share, smg manfaat dan bersiap siagalah.

Tahun (Baru) Masehi: Mitos Musyrik Romawi yang Diadopsi Gereja, Mengapa Umat Islam Merayakannya?

SALAM-ONLINE: Tahun masehi mendasarkan perhitungannya pada peredaran matahari. Sementara Tahun Hijriyah mendasarkan perhitungannya pada peredaran bulan.

Jadi, sangat logis jika tahun hijriyah menyebut Muharram, Safar, Rabiul Awwal, dan seterusnya dengan nama BULAN.
Tetapi, adalah janggal, jika nama-nama Januari, Februari, Maret, dan seterusnya disebut sebagai nama-nama BULAN, sebab perhitungannya berdasarkan peredaran MATAHARI.
Jadi, yang logis, Januari, Februari, Maret, dan seterusnya disebut sebagai MATAHARI Januari, MATAHARI Februari, MATAHARI MARET, dan seterusnya. Mungkin terasa tidak enak ya menyebut Januari dan seterusnya sebagai MATAHARI, bukan BULAN?
Ketidaklogisan lainnya, misalnya, saat pergantian tahun, mengawali 1 Januari, tepat pada tengah malam jam 00.
Mestinya, perhitungan Masehi dimulai di siang hari saat sang mentari beredar, sebagaimana tahun hijriyah mengawali perhitungannya ketika bulan mulai mengorbit. Sebut misalnya, saat umat Islam menetapkan awal dan akhir Ramadhan dengan melihat bulan atau mendasarkan perhitungannya pada bulan.
Begitulah. Nanti kita akan temukan lagi ketidaklogisan nama-nama MATAHARI ini, semisal September yang berarti TUJUH, tetapi ditempatkan pada posisi ke-9.
JANUARI. Mengapa tahun Masehi diawali Januari? Semula Januari bukan yang pertama, melainkan Maret.
Tapi ketika gereja mengadopsi kalendernya Romawi Kuno, Maret berubah menjadi Januari. Alasannya, untuk yang pertama harus baik. Sementara Maret identik dengan peperangan.
Januari Dalam mitologi musyrik Romawi Kuno, dikenal sebagai dewa berwajah dua. Satu menghadap ke depan dan satunya ke belakang.
Untuk menentukan mana yang depan atau belakang, ditandai dengan wajah yang menghadap depan selalu tersenyum dan optimis, sedangkan yang menghadap ke belakang selalu terlihat muram dan sedih.
Dewa itu bernama Janus, yang bisa pula berarti pintu, gerbang, gapura atau lorong masuk.
Itulah mengapa untuk yang pertama setiap tahun dinamakan dengan JANUARI. Januarius Mensis (Latin, Januari) bisa dikatakan berwajah dua. Wajah yang satu menghadap ke tahun sebelumnya dan lainnya ke tahun berjalan.
Dewa Janus dikatakan bermuka dua, namun, menurut kepercayaan Romawi kuno, bermuka dua dalam konteks waktu.
FEBRUARI. Merupakan periode kedua dalam tahun Masehi. Berasal dari nama dewa Februus, Dewa Penyucian.
MARET. Merupakan periode ketiga dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewa Mars, Dewa Perang.
Pada mulanya, Maret menempati posisi pertama dalam kalender Romawi, lalu pada tahun 45 SM Julius Caesar menambahkan Januari dan Februari di depannya sehingga Maret “dikudeta” oleh gereja menjadi yang ketiga.
Alasannya untuk memulai yang pertama, harus penuh optimisme menatap ke depan. Sementara Maret identik dengan peperangan, sebab Maret yang dari kata Dewa Mars adalah Dewa Perang. Jadi, gereja juga meyakini akan keyakinan musyrik Romawi kuno itu.
APRIL. Merupakan “Matahari” keempat dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewi Aprilis, atau dalam bahasa Latin disebut juga Aperire yang berarti ”membuka”.
Diduga kuat sebutan ini berkaitan dengan musim bunga dimana kelopak bunga mulai membuka. Juga diyakini sebagai nama lain dari Dewi Aphrodite atau Apru, Dewi Cinta orang Romawi.
MEI. Merupakan “Matahari” yang kelima dalam kalender Masehi. Berasal dari nama Dewi Kesuburan Bangsa Romawi, Dewi Maia.
JUNI. Merupakan “Matahari” yang keenam dari tahun Masehi. Berasal dari nama Dewi Juno.
JULI. Jadi urutan ketujuh dari tahun Masehi. Di periode “Matahari” ini Julius Caesar lahir, sebab itu dinamakan Juli.
Sebelumnya Juli disebut sebagai Quintilis, yang berarti kelima dalam bahasa Latin. Hal ini lantaran kalender Romawi pada awalnya menempatkan Maret pada urutan pertama.
Pergeseran dari Maret yang semula di urutan pertama menjadi ketiga, berdampak pada urutan berikutnya.
AGUSTUS. Merupakan urutan kedelapan dalam kalender Masehi. Seperti juga nama Juli yang berasal dari nama Julius Caesar, maka Agustus berasal dari nama kaisar Romawi, yaitu Agustus.
Pada awalnya, ketika Maret masih menjadi yang pertama, Agustus menjadi yang keenam dengan sebutan Sextilis.
SEPTEMBER. Merupakan “Matahari” kesembilan dari tahun Masehi. Nama ini berasal dari bahasa Latin Septem, yang berarti tujuh. Tapi janggalnya, sampai sekarang September di urutan kesembilan, padahal artinya “tujuh”.
Sejarahnya, September bertahan di posisi ketujuh dalam kalender Romawi sampai dengan tahun 153 SM.
OKTOBER. Merupakan “Matahari” kesepuluh dari tahun Masehi. Nama ini berasal dari bahasa Latin Octo, yang berarti delapan.
Lucu memang, meski artinya “delapan”, tetapi di kalender Masehi si Octo menempati urutan kesepuluh. Oktober bertahan di posisi kedelapan dalam kalender Romawi sampai dengan tahun 153 SM.
NOVEMBER. Merupakan “Matahari” kesebelas dari tahun Masehi. Nama ini berasal dari bahasa Latin Novem, yang berarti sembilan.
Tapi, janggalnya lagi, meskipun artinya “Sembilan”, di kalender masehi si Novem digeser jadi yang kesebelas.
November bertahan di urutan kesembilan dalam kalender Romawi sampai dengan tahun 153 SM.
DESEMBER. Merupakan “Matahari” keduabelas atau yang terakhir dari periode tahun Masehi. Nama ini berasal dari bahasa Latin Decem, yang berarti sepuluh.
Walaupun artinya “sepuluh”, di kalender masehi sang “Decem” digeser menjadi yang keduabelas atau terakhir.
Desember di urutan kesepuluh dalam kalender Romawi bertahan sampai dengan tahun 153 SM.
Pada Desember inilah diyakini lahirnya Dewa Matahari (25 Desember) yang kemudian diadopsi oleh Kristen menjadi perayaan gereja, yakni Natal Yesus Kristus.
Itulah keanehan dan kejanggalan nama-nama hitungan “Matahari” pada Tahun Masehi yang mengadopsi mitosnya bangsa Romawi Kuno. Dan, lebih aneh bin janggal lagi, umat Islam merayakannya, tanpa memahami akar dan historisnya.Tanpa pengetahuan tentangnya.
Sama halnya dengan natal 25 Desember yang mengadopsi kelahiran dewa matahari, berakar dari Romawi Kuno. Maka, sesungguhnya natal 25 Desember dengan 1 Januari, awal tahun baru masehi, itu adalah satu paket.
Akar, sumber dan historisnya sama. Kalangan gereja “memborong” dua “tema” sekaligus: tema ‘natal’ dan ‘tahun baru masehi 1 Januari’, sehingga jadi semarak.
Jadi, aneh dan janggal pula, jika ada sementara pihak yang mengatakan: mengucapkan selamat natal haram, tapi mengucapkan tahun baru 1 Januari tak apa! Yaa Robb, na’uudzubillaahi mindzaalik.

TAHUN HIJRIYAH
Berbeda dengan penetapan kalender Hijriyah yang dilakukan pada zaman Umar bin Khaththab, diambil dari peristiwa hijrahnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (ditemani Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu) dari Makkah ke Madinah.
Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan (nah, penyebutan bulan di sini adalah logis, karena tahun hijriyah mendasari perhitungannya pada bulan), dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman ALLAH SWT:
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) ad-Din yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa,” (At Taubah: 36).
1. Muharram
Artinya, yang diharamkan atau menjadi pantangan. Di bulan Muharram, dilarang untuk berperang.
2. Shafar
Artinya, kosong. Di bulan ini, lelaki Arab pergi untuk merantau atau berperang.
3. Rabi’ul Awal
Artinya masa kembalinya kaum lelaki yang merantau (shafar).
4. Rabi’ul Akhir
Artinya akhir masa menetapnya kaum lelaki.
5. Jumadil Awal
Artinya awal kekeringan. Maksudnya, mulai terjadi musim kering.
6. Jumadil Akhir
Artinya akhir kekeringan. Dengan demikian, musim kering berakhir.
7. Rajab
Artinya mulia. Zaman dahulu, bangsa Arab sangat memuliakan bulan ini.
8. Sya’ban
Artinya berkelompok. Biasanya bangsa Arab berkelompok mencari nafkah.
9. Ramadhan
Artinya sangat panas. Bulan yang memanggang (membakar) dosa, karena di bulan ini kaum Mukmin diharuskan berpuasa/shaum sebulan penuh.
10. Syawwal
Artinya kebahagiaan, peningkatan (setelah ujian Ramadhan, mestinya kualitas amaliah dan hidup menjadi meningkat).
11. Zulqaidah
Artinya waktu istirahat bagi kaum lelaki Arab.
12. Zulhijjah
Artinya yang menunaikan haji.
Rio E. Turipno, S.Psi  (diambil dari Konsultasi Pelajar Muslim)

November 20, 2012

Konflik_Israel_dan_Palestina

http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Israel_dan_Palestina

November 18, 2012

Guru Profesional Ciptakan Anak yang Bermoral



 







Syamil Media Online, Bandung - Tugas seorang guru yakni memanusiakan manusia. Karena tanpa pendidikan yang memadai, manusia tumbuh dan mati sebagai binatang jalang.

Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), A Chaedar Alwasilah mengatakan, dibutuhkan sekelompok manusia pilihan (pendidik) yang profesional bukan sekedar mencerdaskan anak negeri namun menciptakan anak negeri yang bermoral, berkarakter atau berakhlakul karimah.

"Sesuai UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, ada empat kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik profesional. Yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan kompetensi sosial," jelas Chaedar dalam orasi ilmiahnya pada sidang senat terbuka STKIP Persatuan Islam di hotel Grand Pasundan, Jalan Peta, Sabtu (17/11/2012).

Berdasar pengalamannya, ada dua siswa yang sempat mengeluhkan tentang pendidik (guru). Yakni guru tak pernah berinteraksi selama tiga tahun sekolah dan hanya menyuruh siswa membaca buku novel. Dengan demikian, buku yang dibeli si murid tetap utuh. Ada pula yang mengaku tak memahami cara mengajar gurunya, terlebih perangainya yang dikenal galak.

Mendapati keluhan itu, Chaedar pun menyimpulkan, guru profesional adalah guru yang saat menerangkan jelas, sabar saat mengajar, memberi inspirasi, tidak memaksakan kehendak pada siswa, tidak segan menjelaskan ulang dan referensi yang diwajibkannya baik, selalu on time dan rajin serta menguasi materi.

"Sedang guru tak profesional, mengeluarkan kata-kata kasar, galak, judes, sensitif, cepat marah, menjenuhkan, jarang masuk, tidak akrab dengan siswa dan tidak menguasai strategi mengajar," tegasnya.

Dalam orasi bertema 'Mempertegas peran STKIP Persatuan Islam sebagai Institusi yang melahirkan tenaga pendidik yang profesional dan berahlakul karimah', Chaedar menyampaikan beberapa prinsip dan prosedur yang harus ditempuh pendidikan untuk mendukung pengajaran berkualitas.

"Tersedia sumber belajar dan mengajar termasuk waktu bagi guru untuk merefleksi atau muhasabah yakni mengadili diri sendiri atas segala langkah dan perbuatan mengajar di dalam dan luar kelas," tandasnya.

Lalu, rasio guru-murid yang rendah. Idealnya satu kelas maksimal 30 orang. Adanya infrastruktur dan peralatan yang baik. Proses dan kebijakan manajemen yang mendukung pemberian penghargaan untuk pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas, serta lainnya.

November 13, 2012

Beda Pengertian dgn yang Lain

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Prit! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”

“Hai, Jack.” Tanpa senyum.

“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah.”

“Oh ya?” Tampaknya Bob agak ragu.

Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi. “Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIMmu.”

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.

Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.

“Halo Jack, Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. Bob”

Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati

November 03, 2012

Fifi P. Jubilea: Masalah Pendidikan Bukan Hanya Urusan Sekolah


 

“Sekarang ini orang tua di perkotaan menyerahkan masalah pendidikan anak-anaknya pada sekolah dan berusaha untuk memasukkan anaknya pada sekolah yang terbaik yang ada dikotanya. Lalu kemudian ketika terjadi “sesuatu” yang tidak diinginkan atau anaknya berprilaku kurang baik/tidak baik mereka langsung protes pada sekolah,” ungkap Fifi P. Jubilea yang akrab dipanggil Mam Fifi.
Wanita yang aktif dalam berbagai organisasi perempuan dan selalu peduli dengan masalah pendidikan anak , sehingga akhirnya mendorong untuk membuat sekolah Jakarta Islamic School pada tahun 2003. Saat ini Jakarta Islamic School yang awalnya hanya terdiri dari 180 murid Playgroup, TK dan SD sekarang telah berkembang hingga SMU dan juga boarding school yang terdiri di berbagai lokasi di Jakarta, bogor, Bekasi dan Depok.
Sebagai seorang praktisi pendidikan, Mam Fifi selalu menempatkan dirinya sebagai ibu dari 3 orang putera-puteri yang tengah beranjak remaja. Karena itu, beliau yang mempunyai idealisme dan cita-cita tuk menjadikan putera-puterinya mujahid Allah memiliki pengalaman dalam hal implementasi pendidikan dan mendidik putera-puterinya. Berikut ini petikan wawancara wartawan Eramuslim.com, Winny Sulistiani, bersama Mam Fifi disela-sela kesibukannya mengembangkanprogram bagi sekolah Jakarta Islamic School.
Sekarang ini, banyak sekali sekolah Islami yang didirikan dan banyak pula orang tua yang memasukkan anaknya ke sekolah Islam dengan tujuan agar anaknya dapat memiliki pengetahuan agama yang baik dan ahlaq yang baik, dan bukankah hal tersebut pula yang menjadi tujuan dari sekolah Islami?
Sekolah Islam memang memberikan pendidikan agama dengan porsi yang lebih dibanding sekolah-sekolah umum atau sekolah negeri. Setiap sekolah tentunya mempunyai tujuan untuk menjadikan murid-muridnya memiliki ahlaq yang baik dan pengetahuan yang luas serta pondasi agama yang kuat. Namun, masalah pendidikan anak bukan hanya menjadi urusan sekolah.
Jika kita lihat di Quran dan hadist tidak secara spesifik dibahas mengenai pendidikan anak, kemudian jika membaca sirah nabawiyah bagaimana Rasul dulu mendidik pribadi-pribadi tangguh dan sholeh/shalehah adalah dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. Hal ini membuktikan bahwa yang perlu dididik dan perlu dirubah adalah lingkungannya. Lingkungan yang terdekat adalah keluarga, kemudian yang kedua adalah sekolah.
Jika keluarga bagus, sekolah bagus akan tercipta lingkungan yang mantap, jika keluarga biasa/tdk bagus sekolah bagus maka menjadi setengah mantap, jika keluarga bagus sekolah tidak bagus jadinya ¾ mantap. Artinya keluarga yang bagus masih lebih baik dibanding keluarga yang tidak bagus/biasa.
Keluarga juga memegang peranan yang penting dalam mendidik anak. Saya sering melihat, ibu-ibu mengantarkan anak-anaknya ke sekolah, anak-anak menggunakan seragam rapih dengan baju koko dan jilbab untuk anak perempuan, namun ibunya mengantarkan tidak menggunakan jilbab. Atau ada lagi orangtua mengirimkan anak-anak ke boarding school yang memiliki rutinitas tahajud dan ibadah lain yang disiplin, namun kemudian protes ketika anaknya kembali ke rumah anaknya tidak disiplin dan suka bangun siang, dan ketika ditelusuri ternyata kebiasaan di rumah tersebut dari sejak kecil dibolehkan bangun siang dan anggota keluarga yang lain pun bangun siang.
Sekolah yang memiliki kurikulum dan berbagai program untuk menanamkan nilai-nilai dan kebiasan baik terutama dalam hal ibadah dan pondasi agama tentunya perlu didukung pula dengan penguatan pendidikan yang ada dikeluarga. Atau setidaknya sekolah dan keluarga menerapkan pendidikan yang sejalan, karena tetap meski anak lebih banyak menghabiskan waktu disekolah, ia kan tetap kembali ke keluarga dan kebiasaan yang ada di keluarga.
Tetapi bukankah dengan menyekolahkan ke sekolah Islami yang rata-rata “mahal” setidaknya seharusnya sekolah dapat memberikan “bekal” ilmu agama bagi anak?
Inilah yang sudah menjadi pendapat dan stigma di masyarakat kita bahwa dengan menyekolahkan anak ke sekolah Islam maka semua masalah pendidikan diserahkan ke sekolah, dan kadang muncul perkataan “saya kan sudah membayar ke sekolah, jadi apa yang saya dapatkan,”sekolah seperti menjadi institusi jual beli.
Masalah pendidikan anak itu seharusnya menjadi perhatian sejak sebelum menikah. Ketika merancang pernikahan tentu dipikirkan juga kelak akan memiliki anak dan akan memberikan pendidikan seperti apa. Fenomena yang terjadi saat ini pada masyarakat adalah ketika anak lahir, kedua orang tua sibuk mencari nafkah dan kurang memperhatikan anak, sehingga ketika anak mulai tumbuh besar timbulah masalah.
Mendidikan anak itu seperti memahat patung, ketika akan memahat patung liberty misalnya, memahat dilakukan dari bawah mulai dari kaki baru hingga ke kepala. Dan memahat itu tentu membutuhkan skill, membutuhkan ilmu dan membutuhkan modal serta bahan dasar. Tidak jarang ketika memahat terhenti di tengah jalan karena modal yang kurang, atau ketika bahan dasarnya tidak bagus dan skill yang kurang pahatannya menjadi tidak bagus.
Anak juga terlahir dari janin hasil perpaduan dari kedua orang tua, sehingga sedikit banyak akan membawa sifat-sifat orang tua. Untuk itu mendidik juga membutuhkan ilmu dan dimulai dari sejak anak lahir dan terus hingga anak dewasa. Sekolah melatih dan menanamkan nilai-nilai agama tapi jika tidak didukung dan diperkuat dengan implementasi dan pendidikan di keluarga maka akan menjadi timpang.
Sebagai seorang pendiri sekolah yang berbasis Islam dan juga seorang ibu dari anak-anak yang tengah beranjak remaja, bagaimana penerapan Mam Fifi dalam mendidik anak-anak?
Saya membuat sekolah karena waktu itu saya kurang puas dengan sekolah-sekolah yang ada, sehingga saya ingin membuat sekolah yang berbasis Islam dan juga bertaraf Internasional. Saya ingin mendidik generasi yang dapat menjadi pemimpin yang sholeh/sholehah tetapi dapat pula diterima di kalangan internasional.
Karena saya pun memiliki cita-cita dan harapan yang besar untuk anak-anak, saya dan suami juga melakukan berbagai cara untuk mendidik mereka baik melalui sekolah maupun ketika di rumah. Pendidikan agama diajarkan setiap hari, karena sebagai muslim gaya hidup kita adalah gaya hidup sesuai Islam yaitu Quran dan sunnah. Misalnya ketika mengajarkan adab makan kepada anak-anak, dan kemudian anak saya tiba-tiba makan dengan tangan kiri, saya langsung tegur “kamu makan dengan tangan kiri, hati-hati loh setan itu makan dengan tangan kiri, kalo kamu tiap hari makan dengan tangan kiri berarti kamu bikin setan kamu gemuk, yah terserah sih itu kan setan kamu.” Masalah keseharian, ketika ada yang tidak sesuai dengan apa yang telah kita beritahukan kepada anak, langsung ditegur saja, agar mereka mengerti bahwa apa yang mereka lakukan tidak baik.
Untuk pemahaman agama, selain disekolah saya juga melanjutkan di rumah agar terus kontinyu, terkadang saya dan suami sampai memanggil ustadz untuk datang ke rumah dan mengaji/halaqah bersama anak-anak. Tetapi cara tersebut juga menurut saya belum cukup, karena terkadang anak tidak sepenuhnya mendengarkan ustadz, atau terkadang ustadz berhalangan. Akhirnya seperti saya katakan sebelumnya, semua kembali pada keluarga dan terutama pada orang tua. Orang tua yang harus mengambil peranan dalam mendidik anak, karena secara nature mereka akan mengikuti apa yang dilakukan orang tuanya. Sedikit banyak apa yang kita terapkan pada anak, sama dengan apa yang orang tua dulu lakukan pada kita, benarkan?
Sebagai seorang pendiri sekolah saya diharapkan lebih oleh lingkungan, saya dipandang pasti berhasil dalam mendidik anak, dan anak saya pun diharapkan memiliki prestasi yang lebih. Tetapi terus terang tidak semua cara yang saya lakukan berhasil dan efektif, terkadang saya juga stress, tetapi akhirnya saya kembalikan kepada Allah.
Menurut pendapat saya, mengapa kadang orang tua dibuat pusing oleh anak-anak, karena orang tua punya cita-cita punya harapan terhadap anak-anaknya. Ada orang tua yang ingin anaknya memiliki prestasi akademik yang bagus, sehingga ketika nilai-nilai pelajaran anaknya kurang, orang tua memarahi anaknya. Atau orang tua ingin anaknya menjadi artis, sehingga ketika anaknya tidak mau atau bermalas-malasan ketika syuting atau apapun, orang tua marah. Dan ini menurut pendapat saya adalah hal yang tidak penting, konflik antara orang tua dan anak yang tidak diridhoi Allah.
Kemudian jika ingin anak-anak kita menjadi jundi-jundi Allah, maka lakukanlah usaha sebaik-baiknya agar anak kita layak menjadi jundi-jundi Allah kemudian serahkan semuanya kepada Allah sebagai komandan. Karena mendidik anak menurut saya sama juga seperti kita mencari rizki, ada yang harus melalui usaha yang keras namun belum tentu hasilnya memuaskan. Ada juga yang usahanya sedikit tapi hasilnya memuaskan atau dapat project yang besar misalnya. Dengan anak juga begitu ada yang telah berusaha mendidik dengan cara-cara yang baik namun ternyata anaknya tetap terkena narkoba atau hamil di luar nikah, dan ada yang mendidik dengan biasa saja tetapi malah berhasil. Hal ini tentunya merupakan takdir Allah, dan tentu Allah memiliki cerita tersendiri dan ada hikmah yang terkandung didalamnya.
Untuk itu, orang tua tetap perlu untuk mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya dan ditujukan agar anak dapat menjadi pribadi yang berahlaq baik dan diridhoi Allah. Tetapi ketika dalam proses mendidik anak tersebut, kemudian terjadi konflik dengan anak karena tidak sesuai dengan keinginan anak, maka menurut saya ini adalah konflik yang diridhoi Allah, karena mengajak sesuatu pada kebaikan merupakan ibadah. Yang terpenting adalah niat karena Allah dan kita ikhlas dalam menjalan usaha untuk mendidik anak-anak kita dengan cara yang baik, bukan niat atau cita-cita karena ego atau ambisi kita semata menjadikan anak yang sukses dan berprestasi dengan ukuran dunia.

Oktober 18, 2012

Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat
Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil
Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya
Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta.