Islamedia - Khalid bin
Walid adalah Panglima yang memporak porandakan pasukan
Muslimin di Perang Uhud. Lalu Allah akhirnya menghendakinya menjadi bagian dari
kaum Muslimin. Kemarin ia adalah orang yang sangat membenci Muhammad serta
membenci agama yang dibawanya, namun hari ini ia adalah orang yang sangat
mencinta Muhammad saw dan agama barunya yakni Islam.
Dialah yang menghancurkan pasukan Musailamah Al-Kadzab
seorang Nabi palsu yang mengaku Nabi setelah wafatnya Rasulullah saw. Dia pula
yang menyelamatkan kaum Muslimin dari kepungan orang-orang kafir saat Perang
Mu’tah. Dia juga yang menghancurkan pasukan Persia. Dia pulalah yang
menghancurkan 240 ribu pasukan Romawi saat perang Yarmuk. Dia adalah orang yang
mukhlish dimana disaat namanya kian menjulang di kawasan jazirah arab karena
kemenangan yang selalu ia raih, ia dengan ikhlas dan penuh ta’zim saat harus
diturunkan jabatannya dari panglima besar hanya menjadi prajurit biasa.
Salman Al-Farisi adalah seorang
walikota di daerah Madain. Ia adalah walikota yang sederhana, yang tak memakan
gajinya sedikitpun, ia bagikan seluruhnya untuk rakyatnya. Dan ia menghidupi
keluarganya dengan menjual keranjang hasil anyamannya sendiri.
Bilal bin Rabah setiap hari ia
dipanggang ditengah padang pasir yang membakar. Dicambuk dan ditindih batu
besar. Tak bergeming hatinya dari aqidahnya. Tak bergerak bibirnya untuk
mengatakan perintah Umayyah majikannya untuk menyebutkan berhala latta dan
uzza.
Mush’ab bin Umair tangan
kanannya putus karena mempertahankan bendera dan melindungi Rasulullah dari
serangan musuh dalam Perang Uhud. Lalu ia mengambil dan mengibarkan bendera
dengan kanan kirinya, lalu musuh kembali menebas tangan kirinya hingga putus.
Mush’ab pun mengibarkan panji dengan mengapit bendera dengan kedua pangkal
pahanya. Lalu musuh menombaknya hingga syahid.
Abu Dzar Al-Ghifari sebelumnya
adalah seorang perampok yang paling ditakuti di Jazirah Arab. Lalu hidayah
Allah datang kepadanya dan dia adalah orang ke enam yang masuk Islam dia pula
orang pertama yang berani secara terang-terangan meneriakan syahadatain di
tengah-tengah orang kafir Quraisy. Padahal waktu itu dakwah masih sirriyah
(sembunyi-sembunyi).
Hmmm..banyak kisah dan peristiwa yang begitu
menakjubkan. Keajaiban keajaiban yang ditunjukan para sahabat sungguh luar
biasa. Mereka yang sebelumnya teramat membenci dakwah ini lalu berubah 180
derajat menjadi pribadi yang begitu mempesona dan mencintai dakwah ini dengan
segenap jiwa. Bahkan mereka rela mengorbankan apapun untuk Allah dan Rasulnya.
Apa yang membuat mereka menjadi sehebat itu?
Syahadah…syahadah yang telah merubah warna mereka.
Kepribadian mereka berubah total setelah lisannya berucap Laa Ilaaha
illallah Muhammad Rasulullah..kalimat itulah yang telah menjadikan mereka
diliputi penuh kemuliaan. Kisah kisah heroik dalam mempertahankan aqidah,
mereka suguhkan sebagai konsekwensi setelah berikrar dengan mengucap
syahadatain.
Mereka merevolusi diri mereka dengan penuh keikhlasan,
tanpa beban sedikitpun. Malahan, mereka melakukannya dengan penuh cinta. Mereka
rela berkorban meski harta tak bersisa, mereka siap berkorban meski harus
bermusuhan dengan ibu dan keluarga tercinta, bahkan hingga nyawa meregang
dengan jasadnya, siap mereka pertaruhkan untuk Allah dan Rasul-Nya.
Sungguh..mereka adalah sebaik baik generasi.
Pengorbanan dan perjuangan mereka tak akan mampu ditandingi oleh siapapun.
Bagi ummat sekarang ini, syahadatain seperti tak
bermakna. Ia hanya terucap dibibir tanpa membekas dihati dan tanpa terlihat
pada amal. Sedangkan para sahabat mengerti benar, bahwa syahadatain yang mereka
ucapkan bukanlah sebuah kalimat biasa tanpa makna. Melainkan sebuah kalimat
yang teramat berat dan penuh resiko serta penuh konsekwensi yang akan mereka
hadapi. Namun mereka yakin hanya dengan syahadatain lah mereka bisa bertemu
Tuhannya secara langsung di syurga kelak. Hanya dengan syahadah lah mereka bisa
bermanja manja kelak ditaman taman syurga yang hijau. Maka untuk meraih
kenikmatan di akhirat itu, mereka tak peduli sesakit apapun perjuangan mereka
di dunia. Karena pada sesungguhnya mereka sedang membangun rumah di syurga-Nya.
Mereka sadar dengan sepenuhnya bahwa syahadah yang
mereka ucapkan memiliki makna begitu dalam. Mereka mengerti dan memahami
keputusan mengucapkan syahadah bukan hanya sekedar pernyataan melainkan sebuah
janji dan sumpah yang harus selalu mereka pegang dan tak boleh melepasnya meski
sebentar saja.
Katakanlah (Muhammad) : “Wahai Ahli Kitab! marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami seorang Muslim”. (Ali Imron : 64)
Inilah pintu gerbang untuk memasuki bangunan Islam. Siapa saja yang ingin memasuki agama Islam yang mulia ini ia harus menyatakan keislamannya dengan mengucap syahadatain. Serta ia harus mengetahui apa konsekwensi yang ada dibelakangnya.
Kalimat ini bukan kalimat biasa, ia syarat makna dan begitu berat. Secara substansi syahadah adalah pernyataan iman kepada Allah dan Rasul-Nya, sekaligus pengukuhan Allah sebagai satu satunya Tuhan dan Rasulullah satu satunya teladan. Maka konsekwensi dari syahadah adalah menolak segala jenis tuhan tuhan yang lain.
Para sahabat mengeti benar kalimat syahadah ini. Karenanya, disiksa bagaimanapun tak akan menggoyahkan aqidah mereka.
2. Al-Wa’du (Janji)
Dan (ingatlah) ketika Tuhan mu mengeluarkanmu dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah aku ini Tuhan mu?” mereka nebjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami) kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak mengatan, “sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (Al-A’raf : 172)
Selain pernyataan, syahadah juga berarti perjanjian; perjanjian yang kuat. Berjanji hanya untuk meng-Esakan Allah. Berjanji untuk tidak menyembah dan meminta pertolongan selain kepada-Nya. Berjanji setia untuk senantiasa mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Serta menjauhi semua larangan-Nya dan Rasul-Nya.
Maka dari makna ini, konsekwensinya adalah, seorang muslim harus beramal, beribadah sesuai perintah-Nya. Mengikuti aturan hidup yang termaktub dalam kitab suci-Nya. Melanggar perjanjian ini berarti ia termasuk golongan munafik.
3. Al-Qosam (Sumpah)
Katakanlah (Muhammad): “Sesungguhnya sholatku, iabadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (Al-An’am : 162-163)
Syahadah juga bermakna sumpah. Tentu sumpah ini lebih berat maknanya dari pernyataan dan janji. Seorang muslim secara sadar akan terikat oleh sumpah ini. Sumpah hanya untuk mentauhidkan Allah saja. Sumpah untuk menyerahkan segala hidupnya, matinya dan ibadahnya hanya untuk Allah saja. Sumpah untuk tetap mempertahankan aqidah bagaimanapun penyiksaan yang akan dihadapi. Sumpah untuk tetap istiqomah dan memperjuangkan agama ini dengan pengorbanan sebesar besarnya.
Jika seorang muslim mampu menjalankan syahadatain
dengan sebenar-benarnya maka akan melahirkan sifat berani (syaja’ah),
tenang (Ithmi’nan) dan Optimis (Tafa’ul). Ketiga sifat inilah
yang diconrohkan para sahabat. Setelah bersyahadat, tak ada lagi rasa takut
dalam jiwanya kecuali pada Allah saja. Tak ada kegelisahan dalam menghadapi mihnah
(cobaan) karena mereka yakin Allah bersama mereka. Tak ada rasa pesimis dalam
mencapai ridho Allah.
Para sahabat telah menunjukan dengan benar sebagai
seorang muslim yang kaffah. Yang tak bergeming sedikitpun dari keyakinannya,
manakala siksaan mendarat ditubuh mereka, manakala ditawarkan kedudukan, harta
serta wanita cantik untuk mereka agar mereka meninggalkan keyakinannya. Meski
tangan harus putus, meski tubuh harus digergaji sekalipun, meski tombak harus
memecah kepala, meski badan harus terbelah dengan hunusan pedang, meski jantung
harus dikeluarkan,,tak akan menggoyahkan aqidah mereka. Yang mereka
yakini kemuliaan hanyalah disisi Allah saja.
Ummat hari ini begitu memperihatinkan..dengan
sebungkus mie instan saja aqidah dapat digadaikan. Ummat ini tidak bangga
dengan agamanya sendiri. Banyak yang memajang foto di facebook bersama dengan
seorang wanita/pria yang bukan muhrimnya. Banyak yang asal bergandengan tangan
bukan dengan muhrimnya, mereka mempertontonkan akhlak yang jauh dari akhlak
seorang muslim.
Ummat ini tidak tahu dan tidak mau tau apa makna
sebenarnya dari sebuah syahadah. Mereka harus diluruskan. Di da’wahi oleh para
da’i yang telah memahami makna syahadah ini. Ummat ini harus dibimbing agar
tidak semakin terpelosok kedalam. Mereka harus diarahkan agar senantiasa
mengkaji kedalaman ilmu agama ini. Mereka harus diarahkan agar sering membaca
literatur sejarah agama serta pelaku pengibar bendera agama ini. Mereka harus
dikenalkan kembali siapa tuhannya, siapa nabinya, apa kitab sucinya, siapa
saudara-saudaranya. Mereka harus diberitahu siapa yang harus diteladani, di
idolakan. Mereka harus tahu pengorbanan Rasulullah saw dan para sahabatnya yang
menakjubkan.
Maka itu semua menjadi tugas kita ikhwahfillah…
Semoga Allah mempertemukan kita di syurga
kelak..bersama Rasulullah, para sahabat dan para pejuang Islam lainnya…aminn..