Rabb, nafas demi nafas yang kuhirup tiada harga, Kau berikan padaku dengan cinta.
Rabb, nikmat demi nikmat dunia Kau silih pergantikan, selalu saja namun
Kau tak pernah mengazabku secara langsung kala ku lupa bersyukur.
Rabb,
ujian demi ujian bagiku, setelah kucermati, tak pernah melebihi derita
dakwah NabiMu, yang diejek dan ditertawakan dalam amal. Aku menjadi malu
kalau tak mampu sabar seperti khalil-Mu.
Rabb, kutahu dalam ketidaksempurnaan ini, Kau selalu mencintaiku.
Rabb, kala hujan kau masih memberiku keteduhan dalam rumah, kala panas pun begitu.
Rabb, seperti surat cinta-Mu yang tak pernah diduakan (al-Qur’an) kau
ceritakan tentang sinergi langit dan bumi-Mu. Kalau langit menurunkan
hujan, bumi tumbuh subur, terus saja begitu.
Rabb, kalau aku
boleh berbisik pada-Mu, kuingin setiap nikmat yang Kau hujani padaku,
aku sambut layaknya bumi dengan menyuburkan lagi amal-amalku.
Rabb, sepanjang perjalanan kulihat lagi ciptaan-Mu, semakin kulihat
seperti Kau sampaikan dalam surat cinta-Mu, semakin kulihat, tak mampu
kudapatkan kecacatan. Hijaunya daun, ukurannya yang variatif, sungguh
menawan.
Rabb, kala Kau menyampaikan ketika aku berjalan
menuju-Mu, lalu Kau datang padaku dengan berlari, aku semakin tak
sanggup menahan air yang menggenang di kedua mata yang sering lalai ini,
tumpah ruah, aku malu dengan kecepatan-Mu menghampiriku.
Rabb, aku tak bisa berhenti mencintai-Mu, kuharap akan lahir taat, tadhiyah, khauf hanya untuk-Mu.
Rabb, boleh kan aku utarakan lagi dalam ketidaksempurnaan aku yang dhaif ini,
Rabb, aku tak bisa berhenti mencintai-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar